Rabu, 13 Mei 2015

DRAMA PENDEK (MINI)



Banu Gila
Oleh: Susi Sakinah
Tokoh-tokoh:
·       Banu
·       Aziz
·       Bahrul
·       Dino
·       Pak ustadz
·       Nisa
·       Bu ningsih

Di surau cikias Subang.
Suara orang takbiran terdengar dimana-mana, besok hari raya idul adha. Semua orang sibuk mempersiapkan diri. Laki-laki dewasa yang tidak bertakbir di surau, pergi melihat binatang yang akan disembelih, sedangkan para ibu-ibu sibuk mempersiakan bumbu-bumbu masakan. Layaknya orang dewasa, remaja dan anak-anak pun ikut memeriahkan dengan pawai obor, memang sedikit aneh melakukannya ketika idul adha, mengingat kampung tetangga memeriahkannya pas idul fitri atau muharam. Di kerumunan pawai itu terdengar keributan kecil, ternyata anak-anak sedang menertawakan seorang bocah laki-laki lain.
Aziz              : hahahaha...(sambil memegang perut) dasar pembohong, mana mungkin yang seperti itu terjadi padamu.
Banu            : aku gak bohong ko, tadi malam aku benar-benar mimpi bertemu nabi, bahkan nabi juga mempersilahkan aku duduk di karpet terbang halus di bawah lampu-lampu yang sangat indah (melihat keatas sambil mimik kagum).
Dino             : apa pula itu, heh banu tak mungkin lah jenengan nabi mau bertemu orang macam kau, dasar gila.
Bahrul          : jangan-jangan kau diberi sayap juga ya? Hahaha (bertingkah seperti peri, mengepak-ngepak tangan)
(semua anak tertawa)
Banu            : ya sudah kalau kalian gak percaya (berjalan meninggalkan panggung )
(lalu pak ustad masuk ke panggung)
Pak ustad      : akhmm...
Dino             : eh pak ustad...(tersenyum malu)
Pak ustad      : apa yang kalian lakukan, kenapa banu pergi?
Bahrul          : kami cuma bercanda ko pak.
Nisa             : bohong pak (nisa masuk ) tadi nisa lihat mereka mengatai banu gila dan menertawakannya.
Pak ustad      : apa benar begitu?
Aziz              : i...iya pak
Pak ustad      : memangnya apa yang kalian tertawakan?
Aziz              : habis banu pembohong, masa dia cerita kalau dia bertemu nabi, kan gak mungkin ya, anak miskin dan jelek seperti dia bertemu nabi
Bahrul          : bener tu pak, kan pak ustad sendiri yang bilang kalau nabi hanya akan menemui orang terpilih.
Pak ustad      : memang demikian, ya mungkin banu orang yang terpilih itu.
Aziz              : itu tidak mungkin, dia kan miskin.
Pak ustad      : memang kalian pikir orang terpilih itu seperti apa?
Dino             : ya yang kaya, pintar, rajin solat, sedekah.
Pak ustad      : (geleng-geleng kepala) pantas saja kalian tertawa, toh pemahamannya juga sudah salah. Dengar ya anak-anak makanya kalau tidak yakin bertanyalah, malu bertanya sesat di jalan lho.
Nisa             : lalu orang terpilih itu seperti apa dong tadz?
Pak ustad      : orang terpilih itu mereka yang taat akan perintah allah, menjalankan sunah rosul, memiliki hati yang mulia dan tentunya dihendaki oleh allah untuk bertemu nabi. Nah mungkin saja ucapan teman kalian itu benar, walaupun masih kecil tapi kalau memiliki hati yang mulia itu bisa saja terjadi. Minta maaflah, kalian kan anak hebat.
Anak-anak    : iya pak...(jawab serempak).
Setelah pawai selesai, mereka ditemani pak ustad, nisa dan teman yang lainnya pergi ke rumah banu untuk meminta maaf. Akan tetapi belum sampai di tujuan tiba-tiba seseorang berlari dan menabrak bahrul sampai obor yang di bawanya.
Bahrul          : aww...
Bu ningsih     : maaf saya buru-buru
Pak ustad      : astagpirullah, memangnya ibu mau kemana?
Bu ningsih     : apa kalian melihat banu?
Nisa             : lho, ini kami berniat ke rumah banu.
Bu ningsih     : ( muka panik) lalu dia kemana?
Pak ustad      : memang apa yang terjadi bu, ko banu sampai minggat?
Bu ningsih     : saya juga tidak tahu, tapi waktu sampai rumah sepertinya dia bercerita pada adiknya dan adiknya mengatai kalau banu gila. Setelah itu banu langsung lari keluar rumah dengan wajah Smerah.
Pak ustad      : kalau begitu ayo cepat kita susul, takutnya terjadi apa-apa.
(mereka kebelakang panggung, banu masuk panggung)
Banu duduk sendirian di pos ronda dekat perbatasan kampung sambil bergumam sendiri.
Banu            : kenapa tidak ada orang yang percaya padaku? Padahal aku berkata jujur. Apa karena aku miskin?
(pak ustad dkk masuk)
Aziz              : banu....(melambaikan tangan)
Pak ustad      : wes jangan berteriak begitu, ayo kita samperin.
Banu            : mau apa kalian, belum puas mengatai aku gila?
Pak ustad      : tenang nu, bukan itu maksud mereka ke sini.
Nisa             : iya nu, tolong dengar dulu.
Banu            : sudahlah aku tak mau mendengar apa-apa lagi (berlalu pergi sambil berlari)
Pak ustad      : banu tunggu, jangan berlari baha...
Brukk..tiba-tiba tubuh banu roboh tertabrak mobil.
Aziz dkk        : banuuuuu...............................
(lampu padam, tirai di tutup. Pagelaran selesai)
Selasa, 02 Desember 2014







POSMA III


Aktivitas sederhana berjuta tawa. Just take a photos

DZIKIR DI UJUNG JEMARI-PUISI



DZIKIR DI UJUNG JEMARI
Susi Sakinah
Pada sore senja
Di batas ujung jalan
Di hampar pesawahan
Bergema di langit surau

Dzikir dalam duduknya
Seorang pemuda dengan jarinya
Merasakan setiap sentuhan
Jari demi jari
Darah dari setiap pembuluh
Berkomunikasi lewat diri
Mendekap pada Ilahi

Tak ada benda
Apalagi perantara
Dalam setiap dzikirnya
Hanya dia dan Tuhannya.

Ciamis, 13 of may 2015

HIKAYAT SALIK



Hikayat Salik
Karya: Susi Sakinah
Salik….
Keindahanmu mengagumkan tatapan
Membangunkan roman
Pada setiap pejalan

Dari lubang terdalam
Kau menawan di atas awan
di bawah pijakanmu
bumi merunduk hormat

Oh…salik
andai perangaimu cantik
tak perlu ada sayatan
pada sudut mahkota

Tapi sayang, salik
kau tak bisa meraup pelajaran
dari kecerdasan, kedisiplinan dan persatuan
dari sekelompok mahluk kecil
yang dapat mengalahkan gajah
walau dengan keterbatasan

Saliiiiikkkk…..
kau congkang
dengan sombongnya kau
melempar semua kawan
merongrong tatapan lawan

Tapi kau lupa
kemenangan bukan tentang kekuatan
bukan pula kesombongan
tapi persamaan dan persatuan

Bukan hanya bualan
jika gajah telah kalah
oleh kawanan semut
karena gajah tak memiliki
hal paling penting dalam hidup
yakni kepercayaan dan persatuan

Ciamis, 19 Februari 2015

Profil Penulis:
Susi Sakinah, lahir di Tasikmalaya, 02 Juni 1995. Saat ini sedang menempuh pendidikan strata 1 di Universitas Galuh. Sangat senang memiliki banyak teman, jadi silakan berkunjung ke alamat ini jika berminat.
 @uchii_sakina
 

(c)2009 Our Hazel. Based in Wordpress by wpthemesfree Created by Templates for Blogger