Banu Gila
Oleh:
Susi Sakinah
Tokoh-tokoh:
· Banu
· Aziz
· Bahrul
· Dino
· Pak ustadz
· Nisa
· Bu ningsih
Di surau cikias
Subang.
Suara orang takbiran
terdengar dimana-mana, besok hari raya idul adha. Semua orang sibuk
mempersiapkan diri. Laki-laki dewasa yang tidak bertakbir di surau, pergi
melihat binatang yang akan disembelih, sedangkan para ibu-ibu sibuk
mempersiakan bumbu-bumbu masakan. Layaknya orang dewasa, remaja dan anak-anak
pun ikut memeriahkan dengan pawai obor, memang sedikit aneh melakukannya ketika
idul adha, mengingat kampung tetangga memeriahkannya pas idul fitri atau
muharam. Di kerumunan pawai itu terdengar keributan kecil, ternyata anak-anak
sedang menertawakan seorang bocah laki-laki lain.
Aziz : hahahaha...(sambil memegang
perut) dasar pembohong, mana mungkin yang seperti itu terjadi padamu.
Banu : aku gak bohong ko, tadi malam aku
benar-benar mimpi bertemu nabi, bahkan nabi juga mempersilahkan aku duduk di
karpet terbang halus di bawah lampu-lampu yang sangat indah (melihat keatas
sambil mimik kagum).
Dino : apa pula itu, heh banu tak
mungkin lah jenengan nabi mau bertemu orang macam kau, dasar gila.
Bahrul : jangan-jangan kau diberi sayap juga
ya? Hahaha (bertingkah seperti peri, mengepak-ngepak tangan)
(semua anak tertawa)
Banu : ya sudah kalau kalian gak percaya
(berjalan meninggalkan panggung )
(lalu pak ustad
masuk ke panggung)
Pak ustad : akhmm...
Dino : eh pak ustad...(tersenyum malu)
Pak ustad : apa yang kalian lakukan, kenapa banu
pergi?
Bahrul : kami cuma bercanda ko pak.
Nisa : bohong pak (nisa masuk ) tadi
nisa lihat mereka mengatai banu gila dan menertawakannya.
Pak ustad : apa benar begitu?
Aziz : i...iya pak
Pak ustad : memangnya apa yang kalian tertawakan?
Aziz : habis banu pembohong, masa dia
cerita kalau dia bertemu nabi, kan gak mungkin ya, anak miskin dan jelek
seperti dia bertemu nabi
Bahrul : bener tu pak, kan pak ustad sendiri
yang bilang kalau nabi hanya akan menemui orang terpilih.
Pak ustad : memang demikian, ya mungkin banu orang
yang terpilih itu.
Aziz : itu tidak mungkin, dia kan
miskin.
Pak ustad : memang kalian pikir orang terpilih itu
seperti apa?
Dino : ya yang kaya, pintar, rajin
solat, sedekah.
Pak ustad : (geleng-geleng kepala) pantas saja
kalian tertawa, toh pemahamannya juga sudah salah. Dengar ya anak-anak makanya
kalau tidak yakin bertanyalah, malu bertanya sesat di jalan lho.
Nisa : lalu orang terpilih itu seperti
apa dong tadz?
Pak ustad : orang terpilih itu mereka yang taat akan
perintah allah, menjalankan sunah rosul, memiliki hati yang mulia dan tentunya
dihendaki oleh allah untuk bertemu nabi. Nah mungkin saja ucapan teman kalian
itu benar, walaupun masih kecil tapi kalau memiliki hati yang mulia itu bisa
saja terjadi. Minta maaflah, kalian kan anak hebat.
Anak-anak : iya pak...(jawab serempak).
Setelah pawai
selesai, mereka ditemani pak ustad, nisa dan teman yang lainnya pergi ke rumah
banu untuk meminta maaf. Akan tetapi belum sampai di tujuan tiba-tiba seseorang
berlari dan menabrak bahrul sampai obor yang di bawanya.
Bahrul : aww...
Bu ningsih : maaf saya buru-buru
Pak ustad : astagpirullah, memangnya ibu mau kemana?
Bu ningsih : apa kalian melihat banu?
Nisa : lho, ini kami berniat ke rumah
banu.
Bu ningsih : ( muka panik) lalu dia kemana?
Pak ustad : memang apa yang terjadi bu, ko banu sampai
minggat?
Bu ningsih : saya juga tidak tahu, tapi waktu sampai
rumah sepertinya dia bercerita pada adiknya dan adiknya mengatai kalau banu
gila. Setelah itu banu langsung lari keluar rumah dengan wajah Smerah.
Pak ustad : kalau begitu ayo cepat kita susul,
takutnya terjadi apa-apa.
(mereka kebelakang
panggung, banu masuk panggung)
Banu duduk sendirian
di pos ronda dekat perbatasan kampung sambil bergumam sendiri.
Banu : kenapa tidak ada orang yang
percaya padaku? Padahal aku berkata jujur. Apa karena aku miskin?
(pak ustad dkk
masuk)
Aziz : banu....(melambaikan tangan)
Pak ustad : wes jangan berteriak begitu, ayo kita
samperin.
Banu : mau apa kalian, belum puas mengatai
aku gila?
Pak ustad : tenang nu, bukan itu maksud mereka ke
sini.
Nisa : iya nu, tolong dengar dulu.
Banu : sudahlah aku tak mau mendengar
apa-apa lagi (berlalu pergi sambil berlari)
Pak ustad : banu tunggu, jangan berlari baha...
Brukk..tiba-tiba
tubuh banu roboh tertabrak mobil.
Aziz dkk :
banuuuuu...............................
(lampu padam, tirai
di tutup. Pagelaran selesai)
Selasa,
02 Desember 2014